Kelangsungan Hidup Terumbu Karang
di Perairan Indonesia Timur
Indonesia merupakan negara kepulauan yang
memiliki wilayah perairan lebih luas daripada daratan. Wilayah perairan Indonesia
ini termasuk kedalam kawasan Coral Triangle, yaitu suatu kawasan
perairan dengan tingkat keanekaragaman hayati yang tinggi yang mencakup enam
negara di dunia. Maka tak heran apabila pemerintah Indonesia menjadikan
kemaritiman sebagai beranda terdepan dan juga pusat pertumbuhan ekonomi
nasional. Karena negara ini memiliki banyak sekali ragam biota laut dengan
bermacam macam species, menyebabkan wilayah perairan Indonesia begitu dikenal
di mancanegara baik untuk sektor pariwisata maupun perikanan. Sebagian besar
wilayah perairan yang memiliki banyak sekali keanekaragaman hayati adalah
bagian laut Indonesia Timur.
Terumbu karang merupakan salah satu dari
sekian banyak keanekaragaman hayati di perairan Indonesia, khususnya di laut
Indonesia Timur. Terumbu karang terbentuk dari sekelompok binatang karang yang
bersimbiosis dengan sejenis alga dan membentuk suatu ekosistem bawah laut. Ekosistem
ini memiliki nilai ekologis yang tinggi sebagai habitat hewan laut dan juga
memiliki nilai ekonomis yang tinggi sebagai daya tarik wisata bahari.
Berdasarkan laporan dari World Resources Institute, Indonesia adalah
rumah bagi 16% terumbu karang dunia dan hampir 60 juta penduduk Indonesia mata
pencahariannya bergantung pada terumbu karang. Karena letak negara Indonesia
yang berada di daerah tropis, sangat memungkinkan bagi berbagai jenis karang
untuk hidup dan berkembang biak. Namun, penyebaran terumbu karang tidaklah
merata di seluruh perairan Indonesia. Hal ini karena disebabkan beberapa
faktor, diantaranya adalah suhu perairan, cahaya matahari, salinitas,
sedimentasi, kualitas perairan, arus dan sirkulasi air laut, serta substrat
yang stabil (Giyanto, dkk, 2017). Beberapa wilayah di Indonesia yang disebut
sebagai surga terumbu karang diantaranya adalah Raja Ampat, Kepulauan Derawan, Kepulauan
Nusa Penida, Pulau Komodo, Taman Laut Wakatobi, dan Taman Laut Bunaken. Semakin
ke arah barat dan selatan perairan Indonesia, semakin berkurang pula kekayaan
jenis karangnya. Perairan Raja Ampat merupakan tempat terbaik yang memiliki
lebih dari 500 spesies terumbu karang. Artinya, 75% dari total semua jenis
karang di dunia berada di Raja Ampat. Sehingga
menyebabkan wilayah ini kaya akan keanekaragaman hayati dengan berbagai jenis
ikan dan hewan laut lainnya.
![]() |
Terumbu karang di Wakatobi (Sumber) |
Namun, bagaimana dengan kondisi terumbu karang dalam beberapa tahun
terakhir? Ternyata, sebuah penelitian yang menyebutkan bahwa terumbu karang di
Indonesia saat ini statusnya cukup memprihatinkan. Lembaga Ilmu Pengetahuan
Indonesia (LIPI) menjelaskan bahwa status terumbu karang Indonesia tahun 2017 pada
wilayah bagian Indonesia Timur
menghasilkan prosentase sebagai berikut, 6,39% sangat baik, 23,4% baik, 35,6%
kondisi sedang, dan 35% kondisi buruk.
Tentu saja keberadaan terumbu karang bukanlah
tanpa ancaman. Perubahan terumbu karang dari waktu ke waktu sifatnya sangat
dinamis. Hal ini dipengaruhi oleh kondisi lingkungan dan juga aktivitas
manusia. Dalam satu dekade ini, penyebab mayoritas pemutihan karang disebabkan
oleh peningkatan suhu permukaan lautnya (Santoso, 2006). Jika hal ini terjadi
secara terus menerus, maka akan sangat mungkin terjadi kematian terumbu karang
secara masif. Selain itu, kerusakan terumbu karang juga terjadi karena ulah
manusia. Nyatanya sampai saat ini masih banyak manusia tidak bertanggung jawab
yang membuang sampah anorganik di laut dan membuang limbah kimia langsung
menuju laut tanpa diolah. Tidak hanya itu, para
nelayan pun masih ada yang menggunakan bom dan racun berupa kalium
sianida untuk menangkap ikan. Hal yang mengejutkan adalah bahwa akhir akhir ini
kerusakan terumbu karang juga disebabkan oleh aktivitas snorkelling dan diving
yang menyalahi aturan, sehingga menyebabkan terumbu karang banyak yang
rusak akibat terinjak injak dan patah akibat kayuhan kaki katak yang tidak
benar. Untuk itu, maka aktivitas ini seharusnya hanya dilakukan oleh penyelam
yang memiliki lisesnsi diving.
Untuk melindungi kelestarian ekosistem terumbu
karang, maka diperlukan strategi pengelolaan, yaitu dengan membuat daerah
perlindungan laut, membatasi perikanan di terumbu karang, menjaga pengelolaaan
pesisir terpadu, dan melakukan restorasi dan konservasi terumbu karang (Muzari,
2017). Dalam hal ini dibutuhkan kerjasama antara masyarakat dan pemerintah.
Diperlukan kesadaran dan partisipasi masyarakat untuk bersama sama menjaga
kelestarian terumbu karang. Regulasi, penegakan hukum, kontrol, monitoring dan
evaluasi terhadap manajemen pesisir laut juga perlu diperketat. Sehingga keberlangsungan ekosistem terumbu
karang di bawah laut dapat terjaga kelestariannya dan terus memberikan manfaat
bagi kita, Indonesia.
-
REFERENSI
Burke, L., dkk. 2012. Reefs at Risk Revisited in the Coral Triangle. Terjemahan
Yayasan Terangi. World Research Institute.
Christy, H. 2014. Aktivitas Snorkelling dan Diving Mengancam Kerusakan
Terumbu Karang. www.kompasiana.com/hizkiachristy/aktivitas
snorkelling-dan-diving-mengancam-kerusakan-terumbu-karang/. Diakses pada tanggal 16 Februari 2018.
Giyanto, dkk. 2017. Status Terumbu Karang Indonesia 2017. Jakarta:
Coremap CTI Pusat Penelitian Oseanografi – LIPI.
Muzari, R.A. 2017. Pemutihan Terumbu Karang. https://pgsp.big.go.id/pemutihan-terumbu-karang/. Diakses pada tanggal 16 Februari 2018.
Santoso A.D. 2006. Pemutihan Terumbu Karang. Jurnal
Hidrosfir. 1(2); 61 – 66.
0 comments:
Post a Comment