Friday 9 March 2018

Kelangsungan Hidup Terumbu Karang di Perairan Indonesia Timur


Kelangsungan Hidup Terumbu Karang
di Perairan Indonesia Timur

Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki wilayah perairan lebih luas daripada daratan. Wilayah perairan Indonesia ini termasuk kedalam kawasan Coral Triangle, yaitu suatu kawasan perairan dengan tingkat keanekaragaman hayati yang tinggi yang mencakup enam negara di dunia. Maka tak heran apabila pemerintah Indonesia menjadikan kemaritiman sebagai beranda terdepan dan juga pusat pertumbuhan ekonomi nasional. Karena negara ini memiliki banyak sekali ragam biota laut dengan bermacam macam species, menyebabkan wilayah perairan Indonesia begitu dikenal di mancanegara baik untuk sektor pariwisata maupun perikanan. Sebagian besar wilayah perairan yang memiliki banyak sekali keanekaragaman hayati adalah bagian laut Indonesia Timur.

Terumbu karang merupakan salah satu dari sekian banyak keanekaragaman hayati di perairan Indonesia, khususnya di laut Indonesia Timur. Terumbu karang terbentuk dari sekelompok binatang karang yang bersimbiosis dengan sejenis alga dan membentuk suatu ekosistem bawah laut. Ekosistem ini memiliki nilai ekologis yang tinggi sebagai habitat hewan laut dan juga memiliki nilai ekonomis yang tinggi sebagai daya tarik wisata bahari.

Berdasarkan laporan dari World  Resources Institute, Indonesia adalah rumah bagi 16% terumbu karang dunia dan hampir 60 juta penduduk Indonesia mata pencahariannya bergantung pada terumbu karang. Karena letak negara Indonesia yang berada di daerah tropis, sangat memungkinkan bagi berbagai jenis karang untuk hidup dan berkembang biak. Namun, penyebaran terumbu karang tidaklah merata di seluruh perairan Indonesia. Hal ini karena disebabkan beberapa faktor, diantaranya adalah suhu perairan, cahaya matahari, salinitas, sedimentasi, kualitas perairan, arus dan sirkulasi air laut, serta substrat yang stabil (Giyanto, dkk, 2017). Beberapa wilayah di Indonesia yang disebut sebagai surga terumbu karang diantaranya adalah Raja Ampat, Kepulauan Derawan, Kepulauan Nusa Penida, Pulau Komodo, Taman Laut Wakatobi, dan Taman Laut Bunaken. Semakin ke arah barat dan selatan perairan Indonesia, semakin berkurang pula kekayaan jenis karangnya. Perairan Raja Ampat merupakan tempat terbaik yang memiliki lebih dari 500 spesies terumbu karang. Artinya, 75% dari total semua jenis karang di dunia berada di Raja Ampat.  Sehingga menyebabkan wilayah ini kaya akan keanekaragaman hayati dengan berbagai jenis ikan dan hewan laut lainnya.


Image result for terumbu karang di wakatobi
Terumbu karang di Wakatobi (Sumber)

Namun, bagaimana dengan  kondisi terumbu karang dalam beberapa tahun terakhir? Ternyata, sebuah penelitian yang menyebutkan bahwa terumbu karang di Indonesia saat ini statusnya cukup memprihatinkan. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) menjelaskan bahwa status terumbu karang Indonesia tahun 2017 pada wilayah  bagian Indonesia Timur menghasilkan prosentase sebagai berikut, 6,39% sangat baik, 23,4% baik, 35,6% kondisi sedang, dan 35% kondisi buruk.

Tentu saja keberadaan terumbu karang bukanlah tanpa ancaman. Perubahan terumbu karang dari waktu ke waktu sifatnya sangat dinamis. Hal ini dipengaruhi oleh kondisi lingkungan dan juga aktivitas manusia. Dalam satu dekade ini, penyebab mayoritas pemutihan karang disebabkan oleh peningkatan suhu permukaan lautnya (Santoso, 2006). Jika hal ini terjadi secara terus menerus, maka akan sangat mungkin terjadi kematian terumbu karang secara masif. Selain itu, kerusakan terumbu karang juga terjadi karena ulah manusia. Nyatanya sampai saat ini masih banyak manusia tidak bertanggung jawab yang membuang sampah anorganik di laut dan membuang limbah kimia langsung menuju laut tanpa diolah. Tidak hanya itu, para  nelayan pun masih ada yang menggunakan bom dan racun berupa kalium sianida untuk menangkap ikan. Hal yang mengejutkan adalah bahwa akhir akhir ini kerusakan terumbu karang juga disebabkan oleh aktivitas snorkelling dan diving yang menyalahi aturan, sehingga menyebabkan terumbu karang banyak yang rusak akibat terinjak injak dan patah akibat kayuhan kaki katak yang tidak benar. Untuk itu, maka aktivitas ini seharusnya hanya dilakukan oleh penyelam yang memiliki lisesnsi diving.

Untuk melindungi kelestarian ekosistem terumbu karang, maka diperlukan strategi pengelolaan, yaitu dengan membuat daerah perlindungan laut, membatasi perikanan di terumbu karang, menjaga pengelolaaan pesisir terpadu, dan melakukan restorasi dan konservasi terumbu karang (Muzari, 2017). Dalam hal ini dibutuhkan kerjasama antara masyarakat dan pemerintah. Diperlukan kesadaran dan partisipasi masyarakat untuk bersama sama menjaga kelestarian terumbu karang. Regulasi, penegakan hukum, kontrol, monitoring dan evaluasi terhadap manajemen pesisir laut juga perlu diperketat.  Sehingga keberlangsungan ekosistem terumbu karang di bawah laut dapat terjaga kelestariannya dan terus memberikan manfaat bagi kita, Indonesia.

-         


REFERENSI

Burke, L., dkk. 2012. Reefs at Risk Revisited in the Coral Triangle. Terjemahan Yayasan Terangi. World Research Institute.
Christy, H. 2014. Aktivitas Snorkelling dan Diving Mengancam Kerusakan Terumbu Karang. www.kompasiana.com/hizkiachristy/aktivitas snorkelling-dan-diving-mengancam-kerusakan-terumbu-karang/. Diakses pada tanggal 16 Februari 2018.
Giyanto, dkk. 2017. Status Terumbu Karang Indonesia 2017. Jakarta: Coremap CTI Pusat Penelitian Oseanografi – LIPI.
Muzari, R.A. 2017. Pemutihan Terumbu Karang. https://pgsp.big.go.id/pemutihan-terumbu-karang/. Diakses pada tanggal 16 Februari 2018.
Santoso A.D. 2006. Pemutihan Terumbu Karang. Jurnal Hidrosfir. 1(2); 61 – 66.

Share:

0 comments:

Post a Comment